Berbincang
Seperti sapaan hangat, perbincangan, lalu ajakan swafoto dari seorang Ibu yang menaiki kereta bersama dari Jakarta menuju perhentian sebelum Jogjakarta. Katanya, swafoto sebagai bukti ke keluarga kalau ia sedang dalam perjalanan pulang.
Juga perbincangan yang akhirnya pecah setelah ada keheningan ketika berada di dalam bus kota. Mulai dari seorang Bapak yang menceritakan akan keberhasilan anaknya dengan berseri-seri, hingga bertemu dengan dua orang sekampung yang saat itu aku curi dengar ketika berbincang, lalu mengajak juga untuk turut dalam perbincangannya. Tidak panjang memang perbincangannya, tapi mendengar logat mereka saja rasanya setitik rindu akan kampung halaman terobati jua.
Pun perbincangan yang bermula karena turbulensi (hebat, dari yang biasanya dirasakan) pesawat, saat itu hanya dag dig dug saja, namun sepertinya sinyal kekhawatiran dirasakan penumpang sebelah. Ia puk puk bahu ini seraya berkata yang menenangkan, lalu dilanjut dengan perbincangan akan perjalanan panjang ia dari negara sebelumnya, hingga akhirnya berbincang terkait kehidupan dan dunia kerjanya. Kita merasakan satu frekuensi yang sama saat bercerita. Ia pun menanyakan akun Instagram, barangkali bisa bercerita lain waktu katanya. Sayangnya, sampai sekarang tak kunjung notifikasi follow datang. Bisa saja ia lupa, karena hanya berusaha mengingat namaku, namun tidak sempat mengeluarkan HP-nya untuk mencatat saat hendak turun dari pesawat. Pun aku ketika menanyakan namanya, sudah lupa saja ketika berada di bawah. Lebih tepatnya si tidak terlalu dengar.
Kebiasaan emang, bercerita dulu, lalu berkenalan, namun tak berlanjut.
Komentar
Posting Komentar